Yah Spanyol memang lebih pantas lolos dan menang melawan Jerman tadi malam, mereka sukses memperagakan Tiki Taka di depan Der Panzer Jerman. Keberhasilan Spanyol sejauh ini sebenarnya tidak lepas dari duet lini tengah pemain Barcelona yaitu Xavi dan Iniesta dan striker mereka David Villa, yah sejak keberadaan mereka Spanyol berubah menjadi tim yang kuat dan tangguh dengan permainan pendek satu dua dan penguasaan bola yang lebih banyak dan dengan gaya itu lah mereka berhasil mengatasi lawan-lawan mereka sampai sejauh ini.
Spanyol beruntung memiliki club seperti Barcelona karena dari sinilah para pemain dengan Filosofi dari Tiki Taka mulai muncul, teknik tiki-taka ini berhasil membawa Barcelona musim 2008/2009 memborong semua gelar yang mereka ikuti, tapi nasib tidak berpihak kepada mereka di musim selanjutnya yang hanya berhasil membawa pulang trofi Liga Spanyol.
Menurut saya kegagalan Barcelona di Liga Champhions hanyalah karena nasib saja yang tidak berpihak kepada mereka, yang berhasil disingkirkan oleh Inter Mlilan dengan agregat 3-2 dimana saat itu anak asuhan Jose Maurinho berhasil membuat teknik tiki-taka ini mengalami kesulitan. Kini sepertinya Spanyol telah belajar dari kegagalan Barcelona di Liga Champhions dan belajar dari kekalahan 1-0 melawan Swiss.
Menurut saya hanya tim Spanyol lah yang bisa membuat penonton menikmati seni dari indahnya sepakbola dan tidak semua tim bisa memperagakan gaya ini.
Filosofi dan Tiki-Taka Spanyol
Taklukkanlah bola, maka kamu akan memenangi pertandingan! Itulah filosofi sepak bola yang diusung Spanyol, yang membuat mereka menjelma jadi raksasa baru di pentas dunia sejak menjadi juara Piala Eropa 2008.
Ungkapan itu kedengarannya sederhana. Namun, Spanyol telah memeragakannya sejak dua tahun lalu, dan berlanjut hingga di arena Piala Dunia 2010. Alhasil, "La Furia Roja" berhasil melangkah ke final dan mereka kini telah membuat prestasi baru dalam sejarah sepak bolanya, yakni untuk pertama kalinya menembus final turnamen empat tahunan paling bergengsi ini.
Ya, Spanyol menunjukkan bagaimana keampuhan filosofi yang mereka usung. Melawan Jerman pada semifinal, Rabu malam atau Kamis (8/7/2010) dini hari WIB di Stadion Moses Mabhida, Durban, para jugador "Matador" menunjukkan kolektivitas permainannya secara tim dan terus melakukan ball possession.
Sentuhan satu-dua plus umpan datar yang cepat membuat Spanyol tak terbendung. Kinerja apik Xavi Hernandez dan Andres Iniesta di lapangan tengah meruntuhkan ketangguhan "Der Panzer", yang begitu perkasa saat menghancurkan lawan-lawannya pada dua laga sebelumnya.
Jerman tampil luar biasa di Afrika Selatan. "Tim Panser" yang bermaterikan sebagian besar pemain muda ini hampir melibas lawan-lawannya dengan skor mencolok, mulai dari Australia yang digasak 4-0, kemudian dua tim favorit Inggris dan Argentina, yang dilumat 4-1 dan 4-0.
Tak heran jika Jerman maju ke semifinal dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi. Miroslav Klose dan kawan-kawan diprediksi akan membuat Spanyol kesulitan, bahkan mereka (Jerman) difavoritkan bakal memenangi laga "balas dendam" ini—pada final Piala Eropa 2008, Spanyol kalahkan Jerman 1-0—untuk melangkah ke final.
Ternyata, apa yang terjadi di lapangan jauh berbeda dengan harapan. Spanyol, yang sempat kalah 0-1 dari Swiss pada partai perdana Piala Dunia ini, justru memegang kendali permainan. Sejak peluit kick-off berbunyi, Xavi-Iniesta yang menjadi dirigen tim berhasil memimpin rekan-rekannya untuk terus menguasai bola sambil mencari celah merobohkan tembok pertahanan Jerman.
Benar saja. Setelah beberapa peluang gagal menghasilkan gol, "La Furia Roja" akhirnya merobek jala Manuel Neuer pada menit ke-73. Carles Puyol, yang terpilih sebagai man of the match dalam laga ini, menjadi pahlawan. Bola sundulan bek berambut kriwil ini menyambut umpan tendangan pojok, menembus sisi kiri atas gawang.
Unggul 1-0 tak membuat Spanyol mengubah taktik dan strategi. Mereka konsisten dengan gaya tiki-taka sehingga mereka terus mengendalikan jalannya pertandingan. Sampai peluit panjang berbunyi, Jerman, yang permainannya meledak-ledak saat menggasak Inggris pada perdelapan final dan Argentina pada perempat final, "mati kutu". Skor tetap 1-0, yang membuat Spanyol untuk pertama kalinya ke final Piala Dunia.
Perjuangan belum usai. Meskipun sudah mencapai target bisa menembus final, kesempatan untuk menjadi juara sudah ada di depan mata. Oleh karena itu, Spanyol harus bisa mengalahkan Belanda dalam laga puncak di Stadion Soccer City, Johannesburg, Minggu (11/7/2010) malam nanti.
Namun, bukan perkara mudah menaklukkan "The Flying Dutchmen", yang juga sedang memburu gelar pertama Piala Dunia. Hanya, jika tetap konsisten dengan filosofi yang diusung, maka peluang "El Matador" membawa pulang gelar juara, untuk melengkapi prestasinya sebagai juara Eropa, bisa terwujud.
"Kami tidak tahu cara lain untuk bermain. Karena itu, kami akan melakukan hal yang sama saat final dan semoga kami meraih keuntungan sehingga memenangi pertandingan nanti," ujar Iniesta, yang menambahkan, rekan-rekannya berjanji tampil all-out pada partai final yang sangat krusial itu. So, patut ditunggu!
Tiki-Taka Tak Semua Bisa Melakukannya
Kemenangan Spanyol atas Jerman pada semifinal Piala Dunia 2010 menjadi bukti nyata akan keberhasilan sepak bola yang mengutamakan penguasaan bola. Tidak semua negara bisa melakukannya.
Sepak bola tiki taka, begitulah gaya main Spanyol. Gaya ini mengharamkan bola menganggur lama di kaki pemain. Begitu mendapat bola, jugador Spanyol akan segera menyusun formasi agar bola bisa mengalir pendek dari kaki ke kaki.
Tim dengan gaya ini akan memainkan umpan-umpan pendek atau sedang, ketimbang mengirim bola jauh-jauh ke depan. Lihatlah statistik Spanyol di situs FIFA. Dalam enam laga, "La Roja" total melahirkan 4.206 umpan atau 701 setiap laga. Taruhlah setiap pertandingan ada 14 orang yang bermain untuk Spanyol, artinya setiap pemain akan mengoper sebanyak 50 kali di lapangan.
Dari jumlah itu, 948 umpan pendek (rata-rata 158 per laga) dan 2.627 operan sedang atau 438 umpan per tanding. Dua-duanya menghasilkan akurasi lebih dari 80 persen. Umpan jarak jauh hanya 631 kali atau 105 tendangan tiap laga dan hanya 64 persen akurat.
Apa yang membuat para "Matador" ini begitu mengagungkan permainan yang membutuhkan permainan rapat seperti ini? "Segera setelah kami menguasai bola, kami merasa nyaman," kata Pelatih Vicente del Bosque.
Ya, dengan menguasai bola sesering mungkin, peluang menciptakan gol pasti lebih banyak. Tim yang mendominasi permainan tentu juga bisa membuat lawan frustrasi karena jarang mendapat bola dan tentunya jarang menyerang kecuali menyerang balik.
Jerman adalah korban kesekian dari permainan itu. Pada laga semifinal semalam, Jerman sebetulnya hampir mengimbangi penguasaan bola Spanyol. "Die Mannschaft" mendapat jatah 49 persen alur bola, sisanya milik Spanyol.
Hitungan statistik itu bisa menghasilkan hal berbeda di lapangan. Ketika mendapat bola, Jerman kesulitan membangun serangan. Itulah bedanya Jerman dan Spanyol.
"Tidak setiap negara bisa bermain dengan gaya seperti ini. Anda harus memiliki pemain yang cocok untuk (sistem) itu," kata asisten pelatih Jerman, Oliver Bierhoff.
"Hari ini Anda melihat Spanyol masih memiliki pemain hebat yang dapat mempertahankan bola. Kami kurang umpan-umpan akurat. Hari ini mereka lebih baik," tambahnya.
Apakah tiki taka akan menjadi raja pada turnamen ini? Belum tentu juga. Ingatlah permainan Spanyol pada awal penyisihan grup. Dengan pengusaan bola lebih dari 60 persen, Iker Casillas dkk malah kalah 0-1 dari Swiss. Gol tunggal itu lahir dari sebuah serangan balik cepat.
Ingat pula sepak bola tiki taka di Barcelona musim lalu. Dominasi mereka terpatahkan oleh taktik defensif dan serangan efisien ciptaan Jose Mourinho di Inter Milan.
Pada final nanti, Spanyol akan melawan Belanda, negeri yang dikenal memainkan sepak bola total football. Akan menarik menyaksikan pertemuan kedua gaya ini di lapangan.
Sumber: Kompas Bola
1 komentar:
Pertamanya gan,,,, sayanganya jerman kalah....huft,,,,
Silakan Bekomentar.!!!
Semakin banyak berkomentar, semakin banyak backlink, semakin cinta Search Engine terhadap blog anda
:7: :8: :9: :10: :11: :12: